JAMBI, KOMPAS - Agar museum banyak dikunjungi dan menjadi ikon kota perlu mengubah citra dan cara pandang terhadap museum. Museum bukan sekadar tempat memajang benda-benda tua, tetapi juga masyarakat bisa berinteraksi dan mendapat pengalaman baru.
Demikian benang merah yang terungkap pada Diskusi dan Komunikasi Museum Indonesia sepanjang Selasa (5/5) di Kota Jambi, Provinsi Jambi. Tampil sebagai narasumber adalah Direktur Jenderal Sejarah dan Purbakala Depbudpar Hari Untoro Dradjat, Direktur Museum Intan Mardiana, pengamat museum Victor Chandrawira, kurator dan dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Mike Susanto, guru besar Universitas Indonesia Nurhadi Magetsari, dan kurator museum di AS, Martha Balckwelder. Tampil pula pengamat museum Junus Satrio Atmodjo serta Kepala Subdit Lingkup IV Direktorat Jenderal Otonomi Daerah Departemen Dalam Negeri Faebuadodo Hia.
Victor mengatakan, untuk membuat citra museum lebih baik ke depan, museum harus bisa mengakomodasi kebutuhan masyarakat berbagai kalangan usia.
”Untuk itu dituntut kreativitas dan inovasi kepala museum, bagaimana menjadikan museum sebagai tempat publik dan mempunyai cara pandang sebagai seorang pebisnis,” katanya.
Mike mengatakan, sebagaimana halnya pameran lukisan, pihak museum juga mestinya punya ide-ide mengenai berbagai jenis klasifikasi pameran untuk menghidupkan museum.
Junus yang menemukan banyak persoalan dari hasil penelitiannya mengatakan, kelemahan museum selama ini karena tidak punya kurator dan 80 persen kepala museum tidak punya latar belakang kebudayaan dan 100 persen tak punya latar belakang pendidikan museum.
Hari Untoro Dradjat sebelumnya mengatakan, sejak otonomi daerah, kewenangan pengelolaan dan pengembangan kebudayaan, khususnya museum daerah, diserahkan ke pemerintah daerah. Belakangan, beberapa pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota berkeinginan kuat mendirikan sebuah museum.
”Museum telah menjadi suatu pranata sosial atau infrastruktur yang wajib ada pada suatu pemerintah daerah. Untuk itu, pemerintah pusat mendorong agar dapat segera terwujud aturan perundangan dan pedoman pendirian museum yang baku,” katanya.
Hari juga menegaskan agar pemerintah pusat dan daerah bekerja sama mendukung proses peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) museum, baik melalui jenjang S-1 maupun S-2, bahkan S-3.
Intan Mardiana mengatakan, Diskusi dan Komunikasi Museum Indonesia yang ke-4 ini digelar dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan profesionalisme dalam pengelolaan museum. ”Diharapkan terdapat persamaan persepsi dalam pengembangan museum di Indonesia dalam rangka mempersiapkan Tahun Kunjungan Museum 2010,” katanya.
Dihadiri sekitar 200 peserta dari seluruh kepala museum pemerintah dan swasta di Indonesia, Asosiasi Museum Indonesia, tokoh dan pengamat kebudayaan, pemerhati dan pakar permuseuman, serta akademis, Diskusi dan Komunikasi Museum Indonesia dibuka Gubernur Jambi Zulkifli Nurdin, Senin (4/5) malam.
Zulkifli Nurdin mendorong pemerintah kabupaten/kota di daerahnya membuat museum guna melestarikan benda-benda seni budaya daerah yang selama ini sering dijual. (NAL)
(Kompas, Rabbu, 6 Mei 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar